Duh, Kapal Perang Kebanggaan itu pun Ludes!
Setelah puluhan tahun mati
suri, akhirnya prajurit Negara Republik Indonesia (NKRI) kembali bergetar oleh
haru oleh hadirnya Kapal Perang Trimaran KRI Klewang 625. Saya merasakan
kembali rasa kebanggaan pada prajurit Negara Republik Indonesia (NKRI).
Canggih: KRI Klewang 625 |
Membaca sepak-terang pasukan Tentara Nasional
Indonesia (TNI) menjadi favorit saya sejak bisa mampu membaca aksara. Bukan hanya
soal keperkasaan mereka di medang perang mengusir penjajah.
Akan tetapi juga soal tekad juang, nasionalisme, dan
kepedulian dan kebersamaan jiwa-raga mereka terhadap rakyat. Mereka menyatu
dengan rakyat. Mengangkat senjata melalui strategi perang gerilya, bersatu-padu
menyusun kekuatan dengan kerja sama yang luar biasa dalam dengan rakyatnya.
Ada tiga kisah yang paling saya sukai soal
militer NKRI yang memiliki kesan mendalam
bagi saya. Pertama, sosok dan sepak terjang seorang Panglima yang tiada duanya, tiada gantinya, yaitu Panglima Sudirman. Tak peduli sedang sakit sekalipun, beliau tetap siaga dan powerfull dalam memimpin pasukan melawan penjajahan di tanah air.
bagi saya. Pertama, sosok dan sepak terjang seorang Panglima yang tiada duanya, tiada gantinya, yaitu Panglima Sudirman. Tak peduli sedang sakit sekalipun, beliau tetap siaga dan powerfull dalam memimpin pasukan melawan penjajahan di tanah air.
Tetap Bergerilya :Sang Jenderal Ditandu sebab sakit |
Sosok kedua,
adalah Bung Tomo. Suaranya menggelegar dan mengumandangkan takbir, dan berhasil
membakar daya juang, dan spirit rawe-rawe
rantas, malang-malang putung seluruh rakyat NKRI di daerah Surabaya. Walau dengan
senjata seadanya, sementara pihak musuh bersenjatakan senjata paling modern,
rakyat dan tentara bersatu-padu melawan hingga tetes darah penghabisan. Kota Surabaya
pun luluh-lantak, namun manusia di dalamnya terus saja melawan tanpa jeda.
Bung Tomo |
Ketiga,
upaya
pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda. Ini sungguh luar biasa, dalam
perlawanan sepanjang perjalanan sejarah NKRI. Saya sebut begitu, dalam arti,
karena NKRI benar-benar mengeluarkan keperkasaannya di laut, darat, dan udara. Membaca
sejarah satu ini, saya seperti menyaksikan kebangkitan Majapahit di era modern.
Negara yang kuat di laut, darat, dan udara.
Dalam merebut Irian Barat, ketangguhannya tampak
di udara dengan lebih dari 100 pesawat tercanggih saat itu. Misalnya, Pesawat
MiG-21 Fishbed, salahsatu pesawat supersonic tercanggih di dunia, mampu terbang
dengan kecepatan mencapai Mach 2. Pesawat yang melebihi pesawat tercanggih
Amerika, yaitu pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger. Sementara di
pihak Belanda sendiri, masih mengandalkan pesawat-pesawat peninggalan Perang
Dunia II seperti P-51 Mustang.
Dengan kekuatan armada laut, terbesar dan
tercepat di dunia buatan Sovyet yaitu dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam
raksasa kaliber 6 inchi, dengan bobot raksasa 16.640 ton. Seperti sudah
diketahui oleh sejarah, Irian kemudian berhasil direbut dari Belanda. Di zaman Presiden Soeharto, pasukan militer
Indonesia seperti tak ada kabarnya lagi.
Jika saya misalkan, zaman orde baru sangat
mirip dengan kondisi Kerajaan Mataram, di mana menjadikan daerah pedalaman atau
daratan sebagai basis kekuatan. Tak seperti halnya Majapahit, Kerajaan Mataram meninggalkan
laut dan menekankan klekuatan di darat. Walhasil, mudah dipatahkan serangannya
oleh Belanda. Karena lebih menguasai antar-medan, baik darat maupun di laut.
Haru
Mendalam KRI Klewang 625
Kehadiran Kapal KRI Klewang 625, sungguh
mengobati kerinduan panjang akan keperkasaan NKRI. Bisa membangunkan kembali
harga diri, martabat, dan kehormatan NKRI dan rakyat Indonesia Raya.
Bagaimana tidak, NKRI tak bisa berbuat banyak
ketika rakyatnya yang bergantung pada kekayaan laut, diganggu oleh negara
tetangga. Pencurian ikan, kayu ilegal, dan kekayaan bangsa lainnya, terus
berlangsung tanpa bisa ditindak dengan serta-merta. Ketiadaan teknologi modern,
memungkinkan pihak luar sangat leluasa masuk dan mencuri kekayaan sumber daya
alam.
Bahkan, ketika tanah dirongrong dan juga
diserobot, NKRI hanya bisa mengelus dada. Tanpa bisa berbuat banyak. Terbakarnya
kapal kebanggaan ini, semoga saja tak memadamkan NKRI untuk terus lebih maju
dengan kemandirian. Maju terus prajurit-prajurit kebanggaan Nusantara!
Spirit Bambu Runcing: Merdeka atau Mati |
Komentar
Posting Komentar