"MENGUPAS NIETZCHE SANG PEMBERONTAK

"MENGUPAS NIETZCHE SANG PEMBERONTAK

Mengambil seting para Nabi, para Avatar, dan para suci pembawa titah ketuhanan, Nietzche menggambarkan bentuk pencerahan dirinya dengan melukiskan diri turun dari gunung dan berdakwah kepada umat manusia dengan berkobar-kobar. Dia pun menyatakan tentang pencerahan yang mungkin banyak orang akan menganggapnya orang yang sedang gila. Anggapan dianggap sosok gila ini mengingatkan penulis pada kisah Muhammad Saw. Al-Quran menggambarkan posisi Muhammad dalam pandangan masyarakat bahwa, mereka telah menilai dia gila. Tampaknya, Nietzche terilhami oleh kisah ini.
Menjelang detik-detik ajal menjemput, Nietzche ternyata tidak sepenuhnya menolak ruang ketuhanan. Seperti halnya pengalaman sang Avatar saat mengalami pencerahan sempurna, Nietzche tanpa sadar melukiskan dirinya mengalami sesuatu yang terang benderang dan membuatnya menjadi terilham oleh sesuatu yang ia sendiri tidak tahu, sehingga dengan antusias dia menggambarkan fenomena turunnya air terjun di lubuk dan di atas kepala.

Tak beberapa lama, dia memaklumkan penemuan salah satu bagian dari rahasia dan misteri kehidupan. Dia menyebut penemuan itu dengan istilah “amorfati” . Apabila manusia mampu melakukan “amorfati”, menurutnya manusia akan mampu menghadapi prosesi kehidupannya. Amorfati menyebabkan seseorang memiliki power “kehendak berkuasa” yang maksim. Power maksim inilah yang akan mengangkat manusia menjadi makhluk super, manusia “ubermensh”

Beberapa saat, penulis terhenyak mengamati dua istilah ini. Apabila dibongkar makna dan tujuan dari kedua istilah tersebut, maka tampak jelas inilah bentuk pencerahan paling sejati dari tokoh ini. Tak pelak, Nietzche merupakan Nabi manusia modern. Berbeda dari para Nabi lainnya yang berawal dari pergulatan batin atau hati, Nietzche memulai semua pergulatannya melalui nalar; daya pikir rasional..Dan, dia pun akhirnya mengalami pencerahan yang sama meskipun terlambat, karena dua istilah di atas ternyata belum sempat ia utuhkan menjadi kitab suci.

Jika dianalisis lebih sempurna, istilah “amorfati” memiliki makna sama dengan istilah “tawakkal” dalam khazanah spiritual Islam, kemudian istilah “ubermensh”, sesungguhnya menjadi manivestasi berbeda dari paradigma “insan kamil”. Seseorang yang menjadi “insan kamil”, maka dia berhak menyempurnakan dirinya menjadi “Khalifah Fil Ard”
Tulisan ini tidak ada kaitannya dengan adigum-adigum populer lainnya, misalnya tentang adigum Ratu Adil, atau pun Imam mahdi. Akan tetapi, lebih terkait mengenai cara “menjadi” manusia yang utuh. Tentu saja, terlepas dari watak “ego” menjadi manusia paling benar dan pemegang satu-satunya otoritas pemegang perubahan dunia, seperti yang selalu melekat pada mitos populer di atas.








"

Komentar

Postingan Populer