Untuk Sejarah Yang Usai
Untuk Sejarah Yang Usai
I
Terlihat lusuh itu
Terlihat ia bersenandung
Mungkin memang semacam itu polah manusia
Kadang-kadang harus dimengerti
Sebelum menyapanya; dan ia bisa kembali tersenyum
Terlihat lusuh itu
Semarak ingin membentak, menggertak
Kalau bisa berteriak apa saja
Tentang deru-deru apa yang ingin diungkapkan
Apa itu yang disebut pergulatan?
Apa itu yang dipanggil, panggilan jatidiri?
Atau ini cuman sekedar ketidakpastian pertanyaan mengganjal
seperti yang selalu tergantung menggoda?
Mencari-cari pertanyaan
Mencari-cari apa yang bisa dijadikan jawaban;
sebuah pelarian
sesungguhnya Ia bukan mengejar-nya
sesungguhnya yang dikejar adalah diri_nya sendiri
II
Hanya ada satu permintaan
Buang tatapan itu
Karena ia berisi nostalgia
Ia adalah potongan masa lalu yang telah usai
Aku bukanlah sosok yang selalu kau imajinasikan
Aku tidak sesempurna yang selalu kau bayangkan
Jangan terlalu percaya dengan rasa yang kau sebut dengan cinta
Ia sebatas buih keindahan dari kata-kata yang didramatisir
Hidup tidak seperti penciptaan puisi
Dibikin sedemikian indah, dengan sedikit menyembunyikan selongsong peluru
Aku bukan tuak yang memabukkan
Tapi bisa jadi bius harapan dihati
membuatmu terkulai seperti jurus mabuk
dan membuatku berlari seperti seekor semut yang mencari lobang hitam
sejujurnya, kehadiranmu adalah yang terindah
sejujurnya, sesuatu menjadi begitu indah karena ia tak mampu dimiliki
Dan aku menyadari, sebentar lagi; cinta itu segera menjelma cinta sejati
maka, buang tatapan itu
karena ia berisi potongan nostalgia; dari masa lalu yang usai.[]
Dari jauh aku melihat-Mu
Dari deket tidak jarang aku melupakan
Jarak, ruang dan waktu membekas kabut-kabut yang menusuk
Betapa aku memang mengenal-Mu
Saat-saat aku sangat menyadari, aku memang betul-betul merasa tidak pernah mengenal
Kala waktu-waktu mendesak dan membunuh
Kau berupaya menemui
Dan aku berusaha berlari
Betapa indah bertemu dengan-Mu
Semuanya berjalan tanpa bahasa
Tapi bahasa begitu mengenal-Nya
Saat-saat aku berlari-lari kecil dipersimpangan
Saat-saat jejak-jejak mulai tak menyisakan bekas
begitu setia Dia hadir membentak
Sesungguhnya,
Ingin kutampar wajah-Mu
Namun, semuanya berjalan tanpa bahasa
Tapi bahasa begitu mengenalnya
Sesungguhnya,
Tak ada yang benar-benar membuatku begitu sentimentil
Tak ada yang benar=benar membuatu begitu perkasa
Kau menamparku begitu keras, memaksa untuk tunduk menyerah
Lalu ingin kukatakan;
Aku tak benar-benar jatuh
Atau aku benar-benar telah bangkit
Kau telah membuat segalanya serba ambigu
Dan akupun berhenti di perhentian itu;
Menyerah.[]
Komentar
Posting Komentar