Dari Balik Meja Kerja






Sungguh, aku tidak ke mana-mana. Aku diam di sini menikam waktu. 
Sesekali, waktulah yang balik menikam. 

Kadangkala aku beranjak, membuka jendela kantor. Dan rekan sekerja berisik dan menutupnya kembali. Inilah waktu. Waktu ketika berkumpul menjadi satu. Di sela-sela waktu itulah, kau terkepung.

Sebuah pertanyaan kemudian muncul, untuk apa membuka jendela? Mengintip lebarnya angin yang berderap? Atau tentang luasnya alam ketika jendela terbuka, di sana rumah-rumah menjadi begitu kecil seperti kerikil? Dan ketika jendela tertutup, segala sesuatu menjadi seketika lengang? Apakah itu lengang?

Lengang. Lengang itu adalah di saat kau terkepung, dan “waktu” sontak menikam. Bagaimana “waktu” ketika menikam? Ketika kau mendadak terkantuk-kantuk, dan mesin komputer menyala.

Di situlah, kau tersadar. Waktu. Ya waktu sudah sekian lama menikam.

Apa kau butuh sebatang rokok? Suatu yang benda yang pelan-pelan mengunyah organ-organ tubuh? Secangkir kopi? Sehingga kantuk minggat tanpa disuruh? Atau kau butuh seorang bidadari tiba-tiba singgah di depan mata. Dan, tersenyum mekar?

Tidak. Tidak. Kau tidak butuh semua mainan itu. Yang kau butuhkan hanya satu hal. Ya satu hal saja. Bermain. Ya, bermainlah dengan waktu. Apakah kau sadar itu? Bahwa waktu bukan sedang mengepung, melainkan sedang mengajakmu bercengkrama? 27 Desember 2008.

Komentar

Postingan Populer