"sajak-sajak temaram"


“lengang”
waktu berdetak temaram. Kuamini setiap kata-katamu. Setapak demi setapak kualuri jengkal kota dengan gelisah. Dan, pintu terbuka. Wajahmu. Pintu tertutup seiring badanmu yang berbalik amini tertutupnya pintu, lengang sekali jadinya.
lengang. Kembali jengkal demi jengkal tanah-tanah datar terserap beberapa langkah. temaram. Lengang. Lengang sekali. Aduhai, inikah sajak-Mu? Surabaya Agustus 2008.

“sesungguhnya”
sesungguhnya, tak ada yang aneh dari malam, siang, pagi maupun di kala senja. Kalau saja, aku tak tertidur sore itu
dan terbangun di penghujung. Dan, tumbuh belukar di halaman.
sesungguhnya, itulah sajak yang kau tanam jauh-jauh hari. Melekat dan tak bangun-bangun. Sejak itu, kau benar-benar kehilangan sajak yang luput dipanggil. Surabaya Agustus 2008.

Komentar

Postingan Populer